Selasa, 03 Februari 2009

Mobil Ramah Lingkungan, Mobil Masa Depan





Image
GM Saab Aero X
The two-seat Saab Aero X doesn't have doors or a fixed windshield. Instead, the entire face of the vehicle opens up. Inside, the Saab Aero X's cockpit completely eliminating conventional dials and buttons. Instead, Saab displays data on glass-like acrylic "clear zones" in graphic 3-D images. The drivetrain is just as innovative as the body design. The Aero X combines turbo-charging and the use of bio-fuel to deliver 400-horsepower performance without burning a drop of petroluem. The V6 engine is fueled entirely by 100% ethanol. This reduces the tank-to-wheel carbon emissions of the vehicle to exactly zero. Can't find pure ethanol? No problem for the Aero X. The engine management system will make adjustments for any gasoline-ethanol blend.

DALAM diskusi kecil di kantor sebuah law firm di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, akhir pekan lalu, ahli hukum Aidir Amin Daud menyebutkan, pada tahun-tahun mendatang masyarakat Indonesia sudah mesti menerima tuntutan zaman, yang sangat menekankan kendaraan ramah lingkungan.

Menurut Aidir, sepeda motor, mobil sedan, mobil niaga, truk, bus, dan pelbagai jenis kendaraan lainnya dituntut untuk seminimal mungkin menyemburkan polutan ke udara, misalnya, timah hitam (Pb), nitrogen oksida (NOx), dan karbon monooksida (CO). "Ini sejalan dengan kesepakatan Protokol Kyoto 1997," sebut Aidir Amin Daud.

Seruan ini, tambahnya, pelan tetapi pasti akan menjadi regulasi, yang mesti ditaati semua pengguna kendaraan. Produsen kendaraan pun, pada gilirannya mesti memproduksi jenis-jenis kendaraan yang jauh lebih ramah kepada lingkungan dan paru-paru manusia. Rasanya, mulai tahun 2004, mobil-mobil ramah lingkungan, tetapi dengan harga sedikit lebih mahal, akan mulai banyak berseliweran di kota-kota dunia. Ini sebuah kenyataan yang mesti diterima.

Para pembuat rancangan undang-undang (RUU) pun, tambah Aidir, mesti bersiap-siap menyiapkan RUU yang ramah lingkungan dan kesehatan ini. Demikian banyak penyakit, bisa bersumber dari polusi yang ditimbulkan asap kendaraan, di antaranya gangguan pernapasan paru-paru, sampai ke penyakit jantung.

Apa yang dikemukakan Aidir, belum terlalu tampak gaungnya di Indonesia. Bangsa ini baru pada tahap menghasilkan bensin tanpa timah hitam. Indonesia belum sampai pada perlunya mulai memikirkan sebuah regulasi yang dapat dengan ketat membatasi produksi polusi kendaraan.

Situasi seperti ini berbeda dengan sejumlah negara yang mempunyai tradisi ramah lingkungan. Singapura, misalnya, yang tidak mempunyai produk mobil (murni) sendiri, dua tahun terakhir sudah mulai melancarkan kampanye besar-besaran kepada hampir empat juta penduduknya agar lebih mengenali mobil ramah lingkungan. Pemerintah Singapura pun mulai memperkenalkan beberapa jenis mobil yang tanpa emisi, tanpa gas yang merusak kesehatan, tanpa karbon dioksida (CO2).

Image
Daihatsu UFE III
Daihatsu, the Japanese car company known for compacts, is on the third generation of the UFE (which stand for Ultra Fuel Economy). This mini-hybrid vehicle can transport three people—one upfront, and two in the back. The hybrid system comprises a 660-cubic centimeter direct-injection gasoline engine, two motors, and a nickel-metal hydride battery. Its estimated fuel economy is 169 miles per gallon.

ESENSI dari mobil ramah lingkungan bukan hanya hemat bahan bakar, dan sedikit menghasilkan gas buang. Penilaian soal ini, pertama, bisa dimulai dari bahan bakar. Maksudnya, bahan bakar apa yang digunakan, bagaimana tingkat efisiensinya, dan apakah bahan bakar itu tergolong yang akan habis pakai-sebut saja minyak bakar-atau yang bisa diperbarui.

Kedua, bagaimana soal emisi gas buangnya, bagaimana tentang masalah polusi udara itu. Padahal, kendaraan bermotor juga punya polusi lain yakni limbah pelumas bekas, yang jarang diungkapkan.

Ketiga, unsur-unsur apa yang digunakan untuk membuat sebuah mobil. Masalah ini tergolong jarang dibahas, padahal sangat terkait dengan sumber daya alam dan lingkungan.

Berbagai cara digunakan oleh pabrikan otomotif untuk membuat mesin yang lebih efisien alias hemat bahan bakar minyak (BBM). Dalam beberapa tahun terakhir, mobil bermesin diesel banyak dikeluarkan pihak pabrik, terutama Eropa. Konsumsi BBM mobil bermesin diesel lebih irit. Harga solar pun lebih murah dibanding bensin. Sayang, tren diesel belum banyak diserap oleh pabrikan Jepang dan industri otomotif Asia Tenggara.

Di Indonesia, konsumen Indonesia belum bisa menerima sedan menengah bermesin diesel. Konsumen di sini juga suka menyampaikan keluhan tentang kelemahan-kelemahan diesel yang di Eropa sebenarnya sudah teratasi. Padahal, kalau berbicara tentang efisiensi bahan bakar, maka diesellah jawabannya.

Pengamat otomotif, Gener Gegen Wakulu, menyatakan, kini muncul fenomena hybrid car. Mobil hybrid, adalah mobil yang bisa menggunakan dua jenis mesin berbeda di dalamnya. Mesin pertama adalah mesin konvensional biasa, yang menggunakan bahan bakar bensin atau solar, dan yang kedua mesin listrik. Menurut catatan, selain hybrid car juga dikembangkan kendaraan fuel cell.

Image
BMW X3
The X3 combines a next-generation direct-injection inline six-cylinder engine with an electric motor—and a supercapacitor instead of the rechargeable batteries most hybrids use. A supercapacitor discharges all of its energy in a quick burst of power. Then, the gasoline engine takes over until the regenerative braking can recharge the supercapacitor for another quick burst. The system provides a modest 20% improvement in fuel economy over current models.

BEBERAPA media massa cetak Jepang, belakangan ini juga rajin mengulas tentang mobil hybrid. Standar mobil ramah lingkungan tersebut, tidak menggunakan muffler (saringan) karena tidak memproduksi karbon dioksida atau emisi, kecuali air bersih.

Kendati mobil tersebut menggunakan mesin "baru" akan tetapi kenyamanan yang diciptakannya, tetap luar biasa. Bahkan, untuk beberapa jenis, benar-benar tanpa getaran, enteng, nyaman, dan serupa benar dengan mobil luks berteknologi tinggi. Menggambarkan akselerasi mobil tersebut, media Jepang menulisnya sebagai extremly smooth.

Kalaupun ada yang tidak memuaskan dengan urusan mobil hidrogen tersebut, apa lagi, kalau bukan harganya. Jelas saja sedikit lebih mahal, sebab penggunaan mesinnya saja dua buah. Mobil ini seperti kertas daur ulang saja yang lebih mahal dari harga kertas biasa. Namun, para pengguna kertas daur ulang itu selalu bangga dan bahagia karena ia termasuk penyelamat lingkungan.

Akan tetapi, demi lingkungan, demi sehatnya saluran pernapasan, paru-paru dan jantung, lebih banyaknya uang yang dikeluarkan menjadi tidak banyak artinya. Kita akhirnya mesti memilih, untuk cinta lingkungan dan kesehatan, kita mesti hidup lebih bersih.

Indonesia sendiri sudah saatnya mulai merencanakan untuk membuat regulasi tentang ini. Polusi yang dihasilkan di jalan-jalan raya, setiap hari, sudah terlampau pekat. Sudah terlampau banyak korban jatuh akibat buruknya kualitas udara Indonesia.

Saatnya kita menikmati kendaraan ramah lingkungan dan udara yang jauh lebih bersih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar